UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN
BERBASIS OPEN ENDED
Dosen Pengampu : Bp.
Aryo
Andri Nugroho, S.Si.,M.Pd
Kelompok 3 :
1.
Firdaus
Bayu Ramanda Putra (11310312)
2.
Indah
Eka A. (11310310)
3.
Dian
Novitasari (11310293)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2012/ 2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “model pembelajaran pendekatan open-ended”
Makalah ini berisikan
tentang metode pembelajaran model open-ended. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini.
Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita.Amin.
Semarang, Desember 2012
PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ………………………………………………........... 1
1.2 Rumusan
Masalah …………………………………………………… 2
1.3 Tujuan
dan Manfaat…………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Model Pembelajaran Open Ended………………… 4
2.2
Mengonstruksi Masalah Open Ended ………………………... 7
2.3
Menyusun Rencana Pendekatan Open Ended……………….. 7
2.4
Langkah-langkah Model Pembelajaran Open Ended ……….. 11
2.5
Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Open Ended ……… 13
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ………………………………………………….. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Matematika
sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan
dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain juga merupakan sarana berpikir
logis, analis, dan sistematis. Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan
konsep-konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi pelajaran, matematika
harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan
siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa
lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya model
pembelajaran khusus yang diterapkan oleh guru.
Selama ini
rendahnya hasil belajar matematika siswa lebih banyak disebabkan karena
pendekatan, metode, atau pun strategi tertentu yang digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran masih bersifat tradisional, dan kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Akibatnya kreatifitas dan kemampuan berpikir
matematika siswa tidak dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itulah guru
perlu memilih cara mengajar atau pendekatan yang dapat membantu mengembangkan
pola pikir matematika siswa.
Paradigma
baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki
potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan
pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas pada apa yang
disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya, tidak lagi sebagai
pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi
fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri
mereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif
dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima
gagasan dari orang lain, kreatif dalam mencari solusi dari suatu permasalahan
yang dihadapi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi (Zamroni, 2000).
Poppy
(2003:2) menyatakan bahwa salah satu alternatif model pembelajaran yang lebih
berorientasi pada aktivitas serta kreativitas siswa yaitu model pembelajaran open-ended problem. Hal ini didasari
oleh pendapat Shimada (1997:1) yang menyatakan bahwa model pembelajaran open-ended adalah model pembelajaran
yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang
benar lebih dari satu, sehingga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah
dengan beberapa teknik. Lebih lanjut Poppy (2002:2) menyatakan bahwa
keleluasaan berpikir melalui model pembelajaran open-ended problem membawa siswa untuk lebih memahami suatu
topik dan keterkaitannya dengan topik lainnya, baik dalam pelajaran matematika
maupun dengan mata pelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari.
Model
pembelajaran Open-ended sebagai
salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika merupakan suatu pendekatan
yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan minat
dan kemampuan masing-masing. Hal ini disebabkan karena pada model pembelajaran Open-ended formulasi masalah yang
digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah masalah yang
diformulasikan memiliki multijawaban (banyak penyelesaian) yang benar. Di
samping itu, melalui model pembelajaran Open-ended
siswa dapat menemukan sesuatu yang baru dalam penyelesaian suatu masalah,
khususnya masalah yang berkaitan dengan matematika. Dengan dasar ini, maka model
pembelajaran Open-ended dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Model
pembelajaran Open-ended merupakan
salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh
para ahli pendidikan matematika Jepang. model ini lahir sekitar duapuluh tahun
yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada,
Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000). Munculnya pendekatan ini
sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas
kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal
teaching); guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada para
siswa, kemudian memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa soal.
- Rumusan Masalah
- Apa pengertian pendekatan model kooperatif tipe OPEN ENDED ?
- Cara Mengkonstruksi Masalah OPEN ENDED ?
- Cara Menyusun Rencana Model OPEN ENDED ?
4. Apa
saja Langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran model OPEN
ENDED?
- Apa keunggulan dan kelemahan dari OPEN ENDED ?
- Tujuan
- Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian model OPEN ENDED
2.
Mahasiswa
mampu menjelaskan tahapan-tahapan pembelajaran model OPEN ENDED
3.
Mahasiswa
mampu menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari OPEN ENDED
- Manfaat
- Bagi siswa, meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa.
- Bagi guru, sebagai alternatif dalam mengelola pembelajaran.
- Bagi calon guru, untuk melatih diri mencari solusi dalam mengelola pembelajaran di kelas dan melatih diri dalam membuat perangkat pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Model Open Ended Problem dalam Matematika
a.
Pengertian Model
Pembelajaran open ended
Dipandang
dari strategi bagaimana materi pelajaran disampaikan, pada prinsipnya model
pembelajaran open-ended sama dengan pembelajaran berbasis
masalah yaitu suatu model pembelajaranyang
dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) model pembelajaran
open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan
yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. model
pembelajaran open-ended dapat memberi kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan
masalah dengan beberapa teknik. Namun, pada model pembelajaran
open-ended masalah yang diberikan adalah masalah yang bersifat terbuka
(open-ended problem) atau masalah tidak lengkap (incomplete problem). Sedangkan
dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan dalam tiga tipe, yakni: (1)
prosesnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian yang
benar, (2) hasil akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak
jawaban yang benar, dan (3) cara pengembangan lanjutannya terbuka, maksudnya
ketika siswa telah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah
baru yaitu dengan cara merubah kondisi masalah sebelumnya (asli). Sebagai
contoh, perhatikan masalah berikut. 1. Pada suatu kompetisi sepak bola, komisi
pertandingan mencatat jumlah penjualan tiket penonton, pada pertandingan hari
kamis tiket penonton terjual 2457 lembar, pada hari sabtu dan minggu
berturut-turut terjual 3169 lembar dan 4852 lembar. Hitung jumlah tiket yang
terjual dari tiga kali pertandingan tersebut. 2. Buatlah tiga bilangan yang
terdiri dari empat angka yang menggunakan setiap angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9 paling sedikit satu kali, dengan syarat, jumlah tiga bilangan tersebut
sama dengan 10.478. Berdasarkan kriteria di atas, masalah (i) merupakan masalah
rutin dan tidak termasuk masalah terbuka, karena prosedur yang digunakan untuk menentukan
penyelesaiannya sudah tertentu yakni hanya menambahkan ketiga bilangan dan
hanya memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan masalah (ii) termasuk masalah
terbuka (open-ended problem) dan bukan masalah rutin. Keterbukaan masalah ini
meliputi keterbukaan proses, keterbukaan hasil akhir dan keterbukaan
pengembangan lanjutan (silahkan dicoba menjawabnya). Masalah ini juga bukan
masalah rutin, karena tidak memiliki prosedur tertentu untuk menjawabnya.
Menurut
Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang
benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem
atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan
utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu model
pembelajaran dalam
mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
Sifat
“keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara
dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang
mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended
dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode,
cara atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan
bukan berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.
Pembelajaran
dengan model
pembelajaran Open-Ended diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa. Kegiatan
pembelajaran harus mengarah dan membawa siswa dalam menjawab masalah dengan
banyak cara serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga
merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan
sesuatu yang baru.
Tujuan
dari pembelajaran Open-Ended problem menurut Nohda (Suherman, dkk, 2003;
124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir
matematik siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata
lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus dikembangkan
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Selain itu, dengan diberikan masalah
yang bersifat terbuka, siswa terlatih untuk melakukan investigasi berbagai
strategi dalam menyelesaikan masalah. Selain itu siswa akan memahami bahwa
proses penyelesaian suatu masalah sama pentingnya dengan hasil akhir yang
diperoleh. Berdasarkan pengertian dan tujuan pembelajaran dengan model
pembelajaran open-ended di atas, perlu digaris bawahi bahwa model
pembelajaran open-ended memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dengan demikian kemampuan
berpikir matematis siswa dapat berkembang secara maksimal dan kegiatan-kegiatan
kreatif siswa dapat terkomunikasikan melalui proses pembelajaran.
Model pembelajaran Open-Ended menjanjikan kepada
suatu kesempatan kepada siswa untuk meginvestigasi berbagai strategi dan cara
yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya
tiada lain adalah agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang
secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap
siswa terkomunikasi melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok
pikiran pembelajaran dengan Open-Ended, yaitu pembelajaran yang
membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga mengundang siswa
untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.
Dalam
pembelajaran dengan model pembelajaran Open-Ended, siswa diharapkan bukan hanya mendapatkan jawaban
tetapi lebih menekankan pada proses pencarian suatu jawaban. Menurut Suherman
dkk (2003:124) mengemukakan bahwa dalam kegiatan matematik dan kegiatan siswa
disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut:
a.
Kegiatan
siswa harus terbuka
Yang
dimaksud kegiatan siswa harus terbuka adalah kegiatan pembelajaran harus
mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas
sesuai kehendak mereka.
b.
Kegiatan matematika merupakan ragam
berpikir
Kegiatan
matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dari
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau
sebaliknya.
c.
Kegiatan
siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan
Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan
dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan
individu. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing. Guru bisa
membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang
sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk
melayani siswa yang kemampuannya rendah. Pendekatan uniteral semacam ini dapat
dikatakan terbuka terhadap kebutuhan siswa ataupun terbuka terhadap ide-ide
matematika.
Pada
dasarnya, Open-Ended bertujuan untuk mengangkat kegiatan kreatif siswa
dan berpikir matematika secara simultan. Oleh karena itu hal yang perlu
diperhatikan adalah kebebasan siswa untuk berpikir dalam membuat progress pemecahan
sesuai dengan kemampuan, sikap, dan minatnya sehingga pada akhirnya akan
membentuk intelegensi matematika siswa.
b.
Mengkonstruksi Masalah Open-Ended
Menurut Suherman, dkk (2003 : 129-130) mengkonstruksi dan
mengembangkan masalah Open-Ended yang tepat dan baik untuk siswa dengan
tingkat kemampuan yang beragam tidaklah mudah. Akan tetapi berdasarkan
penelitian yang dilakukan di Jepang dalam jangka waktu yang cukup panjang,
ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam mengkonstruksi masalah,
antara lain sebagai berikut:
a.
Menyajikan
permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-konsep matematika
dapat diamati dan dikaji siswa.
b.
Menyajikan
soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
c.
Menyajikan
bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu
konjektur.
d.
Menyajikan
urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
e.
Memberikan
beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa
mengelaborasi siifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari
contoh itu untuk menemukan sifat-sifat yang umum.
f.
Memberikan
beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasai dari
pekerjaannya.
c.
Menyusun Rencana Model OPEN ENDED
Dalam proses pembelajaran dengan Model
pebelajaran open-ended, biasanya lebih banyak digunakan soal-soal open-ended sebagai
instrumen dalam pembelajaran. Terdapat keserupaan terhadap pengertian mengenai
soal open-ended. Hancock (1995 : 496) dan Berenson (1995:183) menyatakan bahwa
soal open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu penyelesaian dan cara
penyelesaian yang benar. Dengan demikian ciri terpenting dari soal open-ended
adalah tersedianya kemungkinan dapat serta tersedia keleluasaan bagi siswa
untuk memakai sejumlah Model pebelajaran yang dianggapnya
paling sesuai dalam menyelesaikan soal itu. Dalam arti, pertanyaan pada bentuk
open-ended diarahkan untuk menggiring tumbuhnya pemahaman atas masalah yang
diajukan. Di dalam menyusun suatu pertanyaan open-ended ada dua teknik yang
dapat dilakukan. 1. Teknik bekerja secara terbalik (working backward). Teknik
ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: a. mengidentifikasi topik b. memikirkan
pertanyaan dan menuliskan jawaban lebih dulu c. Membuat pertanyaan open-ended
didasarkan pada jawaban yang telah dibuat. 2. Teknik penggunaan pertanyaan
standar (adapting a standard question). Teknik ini juga terdiri dari tiga
langkah yaitu: a. mengidentifikasi topik b. memikirkan pertanyaan standar c.
membuat pertanyaan open-ended yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang
telah dibuat.
Apabila guru telah mengkonstruksikan atau menformulasi
masalah Open-Ended dengan baik, tiga hal yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran sebelum masalah itu ditampilkan di kelas adalah:
1.
Apakah
masalah itu kaya dengan konsep-konsep matematika dan berharga?
Masalah Open-Ended harus medorong siswa untuk
berpikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga harus kaya dengan
konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan tinggi maupun
rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan kemampuannya.
2.
Apakah
tingkat matematika dari masalah itu cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan masalah Open-Ended,
mereka harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punya.
Jika guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan siswa, maka
masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang berasal dalam wilayah
pemikiran siswa.
3.
Apakah
masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?
Masalah harus memiliki keterkaitan atau hubungan dengan
konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memacu siswa untuk
berpikir tingkat tinggi.
Untuk
menyusun pertanyaan open-ended sebaiknya disesuaikan dengan tingkat berpikir
Matematika. Tingkat berpikir yang dikemukakan oleh Bloom yang dikenal dengan
taksonomi Bloom (Bloom, 1956) mengklasifikasikan tingkat berpikir kedalam tujuh
tingkat, yaitu: Memory, Comprehension, Application, Analysis, Synthesis,
Evaluation and Kreatifitas. Sedangkan Sanders (dalam Way, 2003) level
Comprehension dibagi kedalam dua katagori yaitu: Translation dan
Interpretation, sehingga tingkatan berpikir yang digunakan dalam matematika
menjadi tujuh level seperti berikut: 1. Memory atau sering disebut juga
pengetahuan (knowledge) atau ingatan (recall) atau komputasi (computation).
Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mampu menggali atau mengingat kembali
(memory) pengetahuan yang telah disimpan di dalam skemata struktur kognitifnya.
Hal-hal yang termasuk ke dalam jenjang kognitif ini adalah berupa pengetahuan
tentang fakta dasar, terminologi (peristilahan), atau manipulasi yang sifatnya
sudah rutin (algoritma rutin). 2. Translation: Kemampuan siswa untuk merubah
informasi kedalam simbol atau bahasa yang berbeda. 3. Interpretation: Kemampuan
siswa untuk mencari hubungan antara fakta, konsep, prinsip, aturan, dan
generalisasi. 4. Application: Kemampuan untuk memilih, menggunakan, dan
menerapkan dengan tepat suatu teori atau cara pada situasi baru. Tahap aplikasi
ini melibatkan sejumlah respon. Respon tersebut ditransfer kedalam situasi baru
yang berarti konteksnya berlainan. Bloom dan kawan-kawan membagi kedalam empat
bagian, yaitu: Kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin; Kemampuan untuk
membandingkan; Kemampuan untuk menganalisis data, dan kemampuan untuk mengenal
pola, isomorfisma dan simetri. 5. Analysis: Kemampuan untuk merinci atau
menguraikan suatu masalah (soal) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
(komponen) serta mampu untuk memahami hubungan diantara bagian-bagian tersebut.
Kemampuan siswa untuk memecahkan masalah nonrutin termasuk kedalam jenjang ini,
yaitu kemampuan untuk mentransfer pengetahuan matematika yang telah dipelajari
terhadap konteks baru. Pemecahan masalah bisa berupa menguraikan suatu masalah
menjadi bagian-bagian.uatu kesatuan Kemudian mengkaji, serta menyusun kembali
bagian-bagian tersebut menjadi suatu kesatuan sehingga merupakan penyelesaian
akhir. Tahap analisis ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: Analisis terhadap
elemen, analisis terhadap hubungan dan analisis terhadap aturan. 6. Synthesis:
Kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari suatu proses analisis.
Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logik sehingga menjadi sutu pola terstruktur atau bentuk baru. Kemampuan
untuk menemukan hubungan, kemampuan menyususn pembuktian, dan kemampuan
berpikir kreatif termasuk kemampuan synthesis (Way, 2003). 7. Evaluation:
Kemampuan seseorang untuk dapat memberikan pertimbangan (judgement) terhadap
suatu situasi, ide, metode berdasarkan suatu patokan atau kriteria. Kemudian
setelah memberikan pertimbangan dengan matang dilanjutkan dengan memberikan
suatu kesimpulan. 8. Kreativitas.
Setelah
guru menyusun suatu masalah open-ended dengan baik, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan rencana pembelajaran. Pada tahap ini hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan
rencana pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:
1.
Tuliskan respon siswa yang diharapkan.
Pembelajaran matematika dengan model Open-Ended,
siswa diharapkan merespons masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh
karena itu, guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons
siswa terhadap masalah. Kemampuan siswa terbatas dalam mengekpresikan ide atau
pikirannya, mungkin siswa tidak akan mampu menjelaskan aktivitasnya dalam
memecahkan masalah itu. Tetapi
mungkin juga siswa mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang
berbeda. Dengan demikian, antisipasi guru membuat atau menuliskan kemungkinan
repsons yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan
membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara kemampuannya.
2.
Tujuan
dari masalah itu diberikan kepada siswa harus jelas.
Guru memahami dengan baik peranan masalah itu dalam
keseluruhan rencana pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang
tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai
rangkuman dari kegiatan belajara siswa. Berdasarkan pengalaman, masalah Open-Ended efektif untuk pengenalan
konsep baru atau rangkuman kegiatan belajar.
3.
Sajikan
masalah semenarik mungkin bagi siswa
Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus
dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta
semangat intelektual siswa. Oleh karena masalah Open-Ended memerlukan
waktu untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi pemecahannya, maka masalah
itu harus mampu menarik perhatian siswa.
4.
Lengkapi prinsip formulasi masalah,
sehingga siswa mudah memahami maksud masalah itu
Masalah harus diekspresikan sedemikian rupa sehingga
siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya.
Siswa dapat mengalami kesulitan, bila eksplanasi masalah terlalu singkat. Hal
itu dapat timbul karena guru bermaksud memberikan terobosan yang cukup kepada
siswa untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah. Atau dapat pula
diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki pengalaman
belajar karea terbiasa megikuti petunjuk-petunjuk dari buku teks.
5.
Berikan
waktu yang cukup bagi siswa untuk mengekplorasi masalah.
Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam
menyajikan masalah, memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,,
dan merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus
memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah. Berdiskusi
secara aktif antar sesama siswa dan antara siswa dengan guru merupakan
interaksi yang sangat penting dalam pembelajaran dengan model Open-Ended.
d.
Langkah –
langkah Model
pebelajaran open ended
Dalam pembelajaran matematika, Model
pebelajaran open-ended
berarti memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar melalui
aktivitas-aktivitas real life
dengan menyajikan fenomena alam seterbuka mungkin pada siswa. Bentuk penyajian
fenomena dengan terbuka ini dapat dilakukan melalui pembelajaran yang
berorientasi pada masalah atau soal atau tugas terbuka. Secara konseptual
masalah terbuka dalam pembelajaran Matematika adalah masalah atau soal-soal
Matematika yang dirumuskan sedimikian rupa, sehingga memiliki beberapa atau
bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi
itu.
Adapun desain atau langkahlangkah
pembelajaran dalam model pembelajaran OpenEnded Problems adalah sebagai
berikut :
1.
Persiapan
Sebelum
memulai proses belajar mengajar, guru harus membuat Program Satuan Pelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat pertanyaan OpenEnded Problems.
2.
Pelaksanaan, terdiri :
a.
Pendahuluan, yaitu Siswa menyimak
guru yang memberikan motivasi bahwa yang akan dipelajari berkaitan atau
bermanfaat bagi kehidupan sehari hari sehingga siswa semangat dalam belajar.
Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan guru supaya guru dapat
mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai konsep konsep yang akan dipelajari.
b.
Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan
pembelajaran dengan langkah langkah sebagai berikut :
1.
siswa membentuk kelompok yang
terdiri dari lima orang tiap kelompok;
2.
siswa mendapatkan pertanyaan Openended
Problems mengenai perhitungan statistik dan perhitugan matematis;
3.
siswa berdiskusi bersama
kelompoknya masingmasing mengenai penyelesaian dari pertanyaan OpenEnded
Problems yang telah diberikan oleh guru;
4.
setiap kelompok siswa melalui
perwakilannya, mengemukakan pendapat atau solusi yang ditawarkan kelompoknya
secara bergantian;
5.
siswa atau kelompok kemudian
menganalisis jawabanjawaban yang telah dikemukakan, mana yang benar dan mana
yang lebih efektif.
c.
Kegiatan Akhir, yaitu siswa
menyimpulkan apa yang telah dipelajari, dan kemudian kesimpulan tersebut
disempurnakan oleh guru;
3.
Evaluasi
Setelah
berakhirnya KBM, siswa mendapatkan tugas perorangan atau ulangan harian yang
berisi pertanyaan Open Ended Problems yang merupakan evaluasi yang diberikan
oleh guru. Dalam jurnal internasional J.Nikos, mourtos ,dkk.
e.
Keunggulan dan Kelemahan Model OPEN ENDED
Model
pebelajaran Open-Ended ini menurut Suherman, dkk (2003:132) memiliki
beberapa keunggulan antara lain:
a.
Siswa
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan
idenya.
b.
Siswa
memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematik secara komprehensif.
c.
Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat
merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
d.
Siswa secara intrinsik termotivasi untuk
memberikan bukti atau penjelasan.
e.
Siswa
memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Disamping
keunggulan, menurut Suherman, dkk (2003;133) terdapat pula kelemahan dari Model
pebelajaran Open-Ended, diantaranya:
a.
Membuat
dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan
mudah.
b.
Mengemukakan
masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa
yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
c.
Siswa
dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
d.
Mungkin
ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka mereka tidak menyenangkan
karena kesulitan yang mereka hadapi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Model
dan pertanyaan open-ended diharapkan
dapat memberikan kebebasan kepada siswa dalam menyampaikan gagasan dan
pendapatnya, sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis, sistematis, logis,
dan kreatif. Sebelum proses pembelajaran, terlebih dulu guru menyusun rencana
pembelajaran yang meliputi: respon siswa, tujuan yang hendak dicapai,
menentukan masalah open-ended yang berkaitan dengan tingkat berpikir
Matematika, yang terdiri dari tingkat yang paling simpel, yaitu: Memory,
Translation, dan Interpretation,Application, Analysis, Synthesis and
Evaluation. Kemudian memberikan informasi yang selengkap lengkapnya dengan
waktu yang cukup, sehingga siswa memiliki kesempatan lebih luas untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan matematisnya lebihkomprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
www.psb-psma.org/.../pendekatan-open-ended-problem-dalam-matematika
www.psb-psma.org/.../pendekatan-open-ended-problem-dalam-matematika
Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Open-ended_question, online 11 Juli 2008)
Metagora (www.metagora.org/training/encyclopedia/ceq.html, online 11 Juli 2008)
www.psb-psma.org/.../pendekatan-open-ended-problem-dalam-matematika
Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Open-ended_question, online 11 Juli 2008)
Metagora (www.metagora.org/training/encyclopedia/ceq.html, online 11 Juli 2008)
Jupri,
AL. 2007. Open-Ended Problems dalam Matematika,
(http://mathematicse.
wordpress.com/2007/12/25/open-ended-problems-dalam-matematika/ diakses 2
Oktober 2009).
Japar.
2009. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended (http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf
=1&id=54 diakses 25 November 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar